TANGGUNG JAWAB ILMUAN TERHADAP ALAM DAN LINGKUNGAN
Dari pernyataan di atas
tampak bahwa Al Ghazali sangat menghargai orang yang berilmu dan mengamalkan
ilmunya dengan ikhlas. Salah satu pengamalannya adalah mengajarkan kepada orang
lain. Orang yang berilmu dan tidak mengamalkannya menurut Al Ghazali sebagai
orang yang celaka. Ia mengatakan, seluruh manusia akan binasa, kecuali
orang-orang berilmu. Orang-orang berilmu akan celaka kecuali orang-orang yang
mengamalkan ilmunya. Dan orang-orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa
kecuali orang-orang yang ikhlas.
Adaa dua fungsi utama
manusia di dunia, yaitu sebagai ‘abdun (hamba
Allah) dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran
dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab kepada diri
sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam kontek ‘abdun, manusia menempati posisi sebagai
ciptaan Allah. Posisi ini mempunyai konsekuensi adanya keharusan manusia untuk
taat dan patuh kepada penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada
Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur dan anugrah yang
diberikan Sang Pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan
kepada makhluk lainnya, yaitu potensi akal. Dengan hilangnya rasa syukur
mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia
menghambakan diri kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama
manusia, termasuk pada dirinya. Manusia diciptakan Allah dengan dua
kecenderungan, yaitu kecenderungan pada ketaqwaan dan kecenderungan kepada
perbuatan fasik. Dengan ke dua kecenderungan tersebut Allah berikan petunjuk
berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada
keimanan dan ketaqwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu
amarah.
Fungsi yang ke dua
sebagai khalifah/ wakil Allah di muka bumi, ia mempunyai tanggung jawab untuk
menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta
memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan. Karena alam diciptakan untuk
kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi dan memanfaatkannya
diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-orang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang cukuplah atau para ilmuwan dan para intelektual yang sanggup
mengeksplorasi sumber alam ini. Akan tetapi para ilmuwan itu harus sadar bahwa
potensi sumber daya alam akan habis terkuras untuk pemenuhan kebutuhan hidup
manusia apabila tidak dijaga keseimbangannya.
Oleh sebab itu tanggung
jawab kekhalifahan banyak bertumpu pada para ilmuwan dan cendikiawan. Mereka
mempunyai tanggung jawab jauh lebih besar disbanding dengan manusia-manusia
yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Bagi mereka yang memiliki ilmu
pengetahuan tidak mungkin mengeksploitasi ala mini secara berlebihan, paling
hanya sekedar kebutuhan primernya bukan untuk pemenuhan kepuasan hawa nafsunya,
karena mereka tidak memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengeksploitasi
secara besar-besaran terhadap sumber alam ini. Demikian pula mereka tidak akan
sanggup menjaga keseimbangan dan kelestariannya secara sistematis.
Kerusakan alam dan
lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri. Mereka
banyak yang berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka
tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga
kelestarian ala mini sebagaimana firman Allah dalam QS. 30 (Al-Rum): 41.
Dua fungsi di atas
merupakan suatu kesatuan yang tidak boleh terpisah. Dan simbul dari ke dua
fungsi itu adalah zikir dan piker. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya,
manusia diberi keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi
sekaligus menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psiko-fisik.
Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menurut ketaatan dan ketundukan
terhadap aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah
secara langsung (fungsi sebagai ‘abdun) maupun dalam konteks ketaatan terhadap sunnatullah, hokum alam di ala mini
(fungsi sebagai khalifah). Perpaduan antara tugas ibadah dan khalifah ini akan
mewujudkan manusia yang ideal, yakni manusia yang selamat di dunia dan di
akhirat.
maaf mas ini potongan dari mana ea....
BalasHapusterima kasih
mohon bantuannya