Rabu, 12 Oktober 2011



KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERAMAL

Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shalih apabila perbuatan tersebut tidak dibangun di atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya pengembangan iptek yang lepas dari keimanan dan ketaqwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya, bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Akal berfungsi untuk berfikir, hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji dalam QS. 58 (Al-Mujadalah): 11.

Menurut Al Ghazali, bahwa makhluk yang paling mulia adalah manusia, sedangkan sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya. Tugas utama pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan dan menggiring peserta didik agar hatinya selalu dekat kepada Allah SWT melalui pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang amat mulia yang dapat menentukan masa depan seseorang. Karena itu para pendidik akan selalu dikenang dalam hati anak didiknya. Al Ghazali memberikan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan Al Qur’an, Al-Sunnah maupun argumentasi secara rasional.

Dalam bagian awal kitab Ihya Ulumuddin , Al Ghazali memulainya dengan menerangkan tentang keutamaan ilmu dan pembelajaran. Ia menggambarkan kedudukan tinggi bagi para ahli ilmu dan para ulama dengan menyetir ayat-ayat Al Qur’an dan sabda Rasulullah SAW serta perkataan orang-orang dan ahli. Pandangannya tentang hal-hal di atas sangat kuat. Ini terbukti dengan seringnya ia menerangkan kedudukan dan keutamaan ulama dan guru dalam berbagai karya monumentalnya. Sebagai contoh, ia pernah mengatakan bahwa makhluk yang mulia di atas bumi ini adalah manusia. Sedangkan bagian tubuh manusia yang paling mulia adalah hatinya.

Guru sibuk menyempurnakan, mengagungkan, mensucikannya serta menuntunnya agar selalu dekat kepada Allah SWT. Oleh karena itu, mengajarkan ilmu bukan hanya termasuk aspek ibadah kepada Allah belaka, melainkan juga termasuk khalifah Allah SWT. Dikatakan termasuk khalifah Allah SWT karena hati orang ’alim telah dibukakan oleh Allah SWT untuk menerima ilmu yang merupakan sifat-Nya yang paling khusus. Orang ‘alim adalah bendaharawan yang mengurusi khasanah Allah SWT yang paling berharga. Tidurnya orang ‘alim lebih baik dari ibadahnya orang-orang bodoh.

Menjelaskana keutamaan-keutamaan orang yang berilmu, Al-Ghazali mengatakan, barang siapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.

1 komentar: