Rabu, 12 Oktober 2011


   
 PENTINGNYA IPTEK DALAM KEHIDUPAN

Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahkan di dalam Al Qur’an sendiri Allah menyatakan, bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar-benar takut kepada Allah. Hal ini dinyatakan dalam QS. 35 (Fathir) : 28.
Allah akan mengangkat derajat dan martabat orang-orang yang beriman dan berilmu, seperti difirmankan  dalam QS. 58 (Al-Mujadilah) : 11.
Dialog antara Allah dengan Malaikat ketika Allah mau menciptakan manusia, dan Malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, Allah membuktikan keunggulan manusia daripada malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan nama-nama. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam praktiknya mampu mengangkat harkat dan martabat manusia, karena melalui ilmu pengetahuan, teknologi dan seni manusia mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang disediakan oleh Allah. Karena itu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, nilai-nilai Islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.
Kehidupan agama Islam di panggung sejarah peradaban manusia memiliki arti tersendiri, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Islam memberi warna khas corak peradaban yang diwariskan Romawi-Yunani yang pernah Berjaya selama satu millenium sebelumnya. Walaupun pada awalnya karakteristik ini tidak mudah bekerja, karena pengaruh peradaban Hellenisme yang begitu kuat, namun dalam waktu yang tidak begitu panjang akhirnya kaum muslimin dapat memainkan sendiri peran peradabannya yang unik selama beberapa abad. Ilmu dalam Islam berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan inti wahyu Allah SWT sebagaimana seni Islam murni yang melahirkan bentuk plastis yang dapat membuat orang merenungkan Keesaan Ilahi, begitu pula semua ilmu yang pantas disebut bersifat islami menunjukkan kesatupaduan dan saling berhubungan dari segala yang ada. Dengan merenungkan kesatupaduan alam orang dapat menuju kea rah Keagungan dan Keesaan Ilahi.
Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus untuk menjalankan dan menyebarkan risalah-nya, sumber-sumber bagi dunia ilmu pengetahuan hanyalah pengembaraan akal yang dikuasai oleh naluri dan berbagai nafsu manusia. Dengan berbekal hal ini manusia mengembangkan pemikiran induktifnya dan kemudian melahirkan karya-karya yang dianggap besar pada zamannya. Namun demikian pengaruh-pengaruh pemikiran dan mitos masih saja bekerja dan tak melampaui batas-batas yang telah digariskan.
Turunnya wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW membawa semangat baru bagi dunia ilmu pengetahuan. Ditinjau dari peranan kewahyuan dalam kehidupan manusia, sebenarnya apa yang terjadi pada diri beliau bukanlah suatu hal yang baru. Para Nabi Allah yang sebelumnya pernah diutus ke berbagai generasi manusia dalam suatu kurun waktu yang sangat panjang, namun keunikan ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW membawa semangat baru, memecahkan kebekuan zaman. Lahirnya Islam membawa manusia kepada sumber-sumber pengetahuan lain dengan tujuan baru, yakni lahirnya tradisi intelektual-induktif. Dijelaskan dalam QS. 41 (Fushilat) : 53.
Al Qur’an menganggap anfus (ego) dan afaak (dunia) sebagai sumber pengetahuan. Tuhan menampakkan tanda-tanda-Nya dalam pengalaman batin dan juga lahir. Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman batin merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi oleh nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al Qur’an membimbing pengalaman lahir manusia ke arah obyek alam dan sejarah.
Al Qur’an melihat tanda-tanda kebenaran dalam matahari, bulan, pemanjangan bayang-bayang, pergantian siang dan malam, aneka macam warna kulit dan bahasa manusia, dan peredaran sejarah di antara bangsa-bangsa. Dinyatakan dalam QS. 3 (Ali Imran) : 140 dan QS. 2 (Al-Baqarah) : 164.

1 komentar: