INDIKATOR MANUSIA BERAKHLAQ
Manusia berakhlak
adalah manusia yang suci dan sehat hatinya, sedang manusia tidak berakhlak ( a
moral ) adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun sering kali manusia
tidak sadar kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya,
ia tidak berusaha untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih
berbahaya ketimbang penyakit fisik. Seseorang yang sakit secara fisik jika
penyakitnya tidak dapat diobati dan disembuhkan ujungnya hanya kematian.
Kematian bukanlah akhir dari segala persoalan melainkan pintu yang semua orang
akan memasukinya. Tetapi penyakit hati jika tidak disembuhkan maka akan
berakhir dengan kecelakaan di alam keabadian.
Indikator manusia
berakhlak (husn al-khuluq), kata
Al-Ghazali, adalah tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang
tidak berakhlak (su’u al-khuluq)
adalah manusia yang ada nifaq di
dalam hatinya. Nifaq artinya sikap
mendua dalam Tuhan. Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman
bagaikan akar dari sebuah tumbuhan. Sebuah pohon tidak akan tumbuh pada akar
yang rusak dan kropos. Sebaliknya sebuah pohon akan baik tumbuhnya bahkan
berbuah jika akarnya baik. Amal akan bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi
amal tidak membawa makna apa-apa apabila tidak berpangkal pada iman. Demikian
juga amal tidak bermakna apabila amal tersebut berpangkal pada kemunafikan.
Hati orang beriman itu bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar dan hati
orang kafir itu hitam dan malah terbalik.
Taat akan perintah
Allah, juga tidak mengikuti keinginan syahwat dapat mengkilaukan hati,
sebaliknya melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barang siapa
melakukan dosa, hitamlah hatinya dan barang siapa melakukan dosa tetapi
menghapusnya dengan kebaikan, tidak akan gelaplah hatinya hanya cahaya itu
berkurang. Dengan mengutip beberapa ayat Al Qur’an dan Hadits, selanjutnya
Al-Ghazali mengemukakan tanda-tanda manusia beriman, diantaranya :
a.
Manusia beriman
adalah manusia yang khusu’ dalam shalatnya
b.
Berpaling dari
hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faedahnya)
c.
Selalu kembali
kepada Allah
d.
Mengabdi hanya
kepada Allah
e.
Selalu memuji dan
mengagungkan Allah
f.
Bergetar hatinya
jika nama Allah disebut
g.
Berjalan di muka
bumi dengan tawadhu’ dan tidak
sombong
h.
Bersikap arif
menghadapi orang-orang awam
i.
Mencintai orang
lain seperti ia mencintai dirinya sendiri
j.
Menghormati tamu
k.
Menghargai dan
menghormati tetangga
l.
Berbicara selalu
baik, santun dan penuh makna
m. Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang dalam
menghadapi segala persoalan
n.
Tidak menyakiti
orang lain baik dengan sikap maupun
perbuatan
Sufi yang lain
mengungkapkan tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain : Memiliki budaya malu dalam interaksi dengan
sesamanya, tidak menyakiti orang lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur
dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak bekerja, penyabar, hatinya
selalu bersama Allah, tenang, suka berterima kasih, ridha terhadap ketentuan
Allah , bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak
pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan
hasad, cinta karena Allah dan benci karena Allah.
Ketika Rasulullah
ditanya tentang perbedaan mukmin dan munafik, Rasulullah menjawab, orang mukmin
keseriusannya dalam shalat, puasa dan ibadah sedangkan orang munafik
kesungguhannya dalam makan minum layaknya hewan. Hatim al-‘Asam seorang ulama
tabi’in menambahkan, bahwa indikator mukmin adalah manusia yang sibuk dengan
berfikir dan hikmah, sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang
angan-angan, orang mukmin putus harapan terhadap manusia kecuali pada Allah. Sebaliknya
orang munafik banyak berharap kepada sesama manusia dan bukan kepada Allah.
Mukmin merasa aman dari segala sesuatu kecuali dari Allah, munafik merasa takut
oleh segala sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani mengorbankan hartanya
demi agamanya sedangkan munafik berani mengorbankan agamanya demi hartanya.
Mukmin menangis dan berbuat baik, munafik berbuat jahat dan tertawa
terbahak-bahak. Mukmin senang berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang
keramaian. Mukmin menanam dan menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik
menuai dan mengharap keuntungan. Mukmin memerintah dan melarang (amar ma’ruf nahi munkar) untuk
kekuasaan, maka kerusakannlah yang terjadi.
Kalau akhlak dipahami
sebagai pandangan hidup, maka manusia berakhlak adalah manusia yang menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama
makhluk dan alam dalam arti luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar