Rabu, 12 Oktober 2011




INDIKATOR MANUSIA BERAKHLAQ


Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya, sedang manusia tidak berakhlak ( a moral ) adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun sering kali manusia tidak sadar kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia tidak berusaha untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya ketimbang penyakit fisik. Seseorang yang sakit secara fisik jika penyakitnya tidak dapat diobati dan disembuhkan ujungnya hanya kematian. Kematian bukanlah akhir dari segala persoalan melainkan pintu yang semua orang akan memasukinya. Tetapi penyakit hati jika tidak disembuhkan maka akan berakhir dengan kecelakaan di alam keabadian.
Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluq), kata Al-Ghazali, adalah tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (su’u al-khuluq) adalah manusia yang ada nifaq di dalam hatinya. Nifaq artinya sikap mendua dalam Tuhan. Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman bagaikan akar dari sebuah tumbuhan. Sebuah pohon tidak akan tumbuh pada akar yang rusak dan kropos. Sebaliknya sebuah pohon akan baik tumbuhnya bahkan berbuah jika akarnya baik. Amal akan bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi amal tidak membawa makna apa-apa apabila tidak berpangkal pada iman. Demikian juga amal tidak bermakna apabila amal tersebut berpangkal pada kemunafikan. Hati orang beriman itu bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar dan hati orang kafir itu hitam dan malah terbalik.
Taat akan perintah Allah, juga tidak mengikuti keinginan syahwat dapat mengkilaukan hati, sebaliknya melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barang siapa melakukan dosa, hitamlah hatinya dan barang siapa melakukan dosa tetapi menghapusnya dengan kebaikan, tidak akan gelaplah hatinya hanya cahaya itu berkurang. Dengan mengutip beberapa ayat Al Qur’an dan Hadits, selanjutnya Al-Ghazali mengemukakan tanda-tanda manusia beriman, diantaranya :
a.     Manusia beriman adalah manusia yang khusu’ dalam shalatnya
b.     Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faedahnya)
c.      Selalu kembali kepada Allah
d.     Mengabdi hanya kepada Allah
e.     Selalu memuji dan mengagungkan Allah
f.       Bergetar hatinya jika nama Allah disebut
g.     Berjalan di muka bumi dengan tawadhu’ dan tidak sombong
h.     Bersikap arif menghadapi orang-orang awam
i.        Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri
j.       Menghormati tamu
k.     Menghargai dan menghormati tetangga
l.        Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna
m.  Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala persoalan
n.     Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun  perbuatan

Sufi yang lain mengungkapkan tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain :  Memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak bekerja, penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka berterima kasih, ridha terhadap ketentuan Allah , bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena Allah dan benci karena Allah.
Ketika Rasulullah ditanya tentang perbedaan mukmin dan munafik, Rasulullah menjawab, orang mukmin keseriusannya dalam shalat, puasa dan ibadah sedangkan orang munafik kesungguhannya dalam makan minum layaknya hewan. Hatim al-‘Asam seorang ulama tabi’in menambahkan, bahwa indikator mukmin adalah manusia yang sibuk dengan berfikir dan hikmah, sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang angan-angan, orang mukmin putus harapan terhadap manusia kecuali pada Allah. Sebaliknya orang munafik banyak berharap kepada sesama manusia dan bukan kepada Allah. Mukmin merasa aman dari segala sesuatu kecuali dari Allah, munafik merasa takut oleh segala sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani mengorbankan hartanya demi agamanya sedangkan munafik berani mengorbankan agamanya demi hartanya. Mukmin menangis dan berbuat baik, munafik berbuat jahat dan tertawa terbahak-bahak. Mukmin senang berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang keramaian. Mukmin menanam dan menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik menuai dan mengharap keuntungan. Mukmin memerintah dan melarang (amar ma’ruf nahi munkar) untuk kekuasaan, maka kerusakannlah yang terjadi.
Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, maka manusia berakhlak adalah manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama makhluk dan alam dalam arti luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar