SIKAP MUSLIM MENGHADAPI KEMAJUAN IPTEK
Bagi orang beriman,
iman dan ilmu harus seimbang. Iman merupakan stir atau kompas sehingga orang
beriman tidak kehilangan arah, dan tidak akan melupakan Tuhan Penciptanya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan pesatnya peradaban di dunia ini bagi umat mukmin
tidaklah akan melupakan dirinya untuk mempersiapkan bekal kehidupan yanag kekal
di akhirat. Dalam mengukur kemajuan, umat mukminin, tidak melihat hanya pada
sisi peradaban dunia belaka, tapi bagaimana kehidupan mereka sekaligus dapat
menjalankan ajaran agamanya (mengikuti Al Qur’an dan Sunnah), di samping
kemajuan di dunia ini.
Dalam rangka ini
hendaklah kaum muslimin tidak tertinggal di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan upaya-upaya berikut :
a. Cekatan Menciptakan Alat
Al Qur’an menyebutkan ‘allama bil qalam (Tuhan mengajar
manusia dengan qalam) apa yang belum diketahuinya. Qalam artinya alat tulis.
Bahwa Tuhan mengajar manusia tanpa qalam
bisa saja, tapi Dia hendak mendidik manusia untuk menulis dan membaca. Tulisan
membantu manusia untuk menyimpan ilmu dan mengembangkannya. Manusia dapat saja
menghafal banyak ilmu, tapi kemampuan daya ingat manusia terbatas, sehingga
tanpa alat tulis, ilmu tidak dapat disimpan lama dan tidak dapat cepat
menyebar.
Sudahkah umat Islam
menemukan dan menciptakan alat? Kemajuan zaman ditandai dengan ditemukannya
alat-alat yang kini dikenal dengan teknologi. Siapapun masyarakat yang terus
mencari dan menemukan alat-alat, akan hidup lebih mudah dan maju pesat dalam
peradaban.
b. Menghargai Waktu
Ibarat pedang, kalau
tak pandai memakainya, bisa melukai diri sendiri. Demikianlah pula waktu, kalau
tak cerdas menggunakannya akan berbahaya. Masyarakat maju adalah masyarakat
yang pandai dan amat menghargai waktu. Bagi pebisnis, waktu diibaratkan uang.
Sedikit lengah menggunakan waktu, akan mengakibatkan kerugian. Tapi waktu dapat
menggilas siapa saja yang tak mau menggunakannya dengan baik. Masyarakat yang
santai, malas-malasan dan tak pandai menggunakannya bukan saja takkan maju,
tapi juga akan tertinggal dan akan tergilas oleh zaman.
Untuk menghargai dan
memberikan arti yang tinggi, Tuhan sering bersumpah menggunakan ungkapan “Demi
Waktu”. Demi Waktu Malam, Waktu Siang, Waktu Subuh, Waktu Dhuha, Demi Waktu
Ashar, dsb. Maka sebagai umat Islam, sudahkah kita memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya? Jawabannya akan dibuktikan oleh kemajuan yang telah dan akan
kita capai.
c. Memiliki Etos Kerja yang Kuat
Orang-orang Islam, utamanya
yanag berada di wilayah-wilayah yang subur dan makmur tidak suka bekerja keras,
dan tak tahan menghadapi kesulitan. Buat apa kerja keras kalau toh dapat hidup
makmur. Di Indonesia, dimana penduduknya mayoritas umat Islam memiliki tanah
yang subur sehingga digambarkan tongkat yang dilemparsaja ke tanah akan tumbuh
sebagai tanaman. Jadi buat apa susah-susah bekerja, kalau semua tersedia dengan
hidup santai.
Di daerah-daerah
berpenduduk muslim, seperti negeri Arab dan kawasan Teluk yang makmur dengan petrodolarnya,
masyarakatnya tidak maksimal bekerja. Belum pernah kita mendengar akhir-akhir
ini ada penemuan baru di bidang teknologi yang dihasilkan oleh orang muslim
disana. Negara-negara yang maju di bidang iptek dan peradaban adalah
Negara-negara di mana masyarakatnya suka bekerja keras, memiliki etos kerja
yang tinggi, tekun dan sungguh-sungguh menghadapi berbagai kesulitan. Hasil
dari bersulit-sulit menciptakan berbagai alat adalah kemudahan-kemudahan, yang
kini dinikmati bukan saja oleh mereka yang menemukannya, melainkan untuk
kemakmuran bagi seluruh umat manusia. Al Qur’an mengatakan bahwa di samping
kesulitan itu pasti ada kemudahan. Dinyatakan dalam QS. 94 (Al-Nasyrah): 5-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar