Rabu, 12 Oktober 2011


AKHLAQ DAN AKTUALISASINYA DALAM ISLAM

Perbaikan akhlak merupakan bagian dari tujuan pendidikan Islam. Pendidikan yang hanya berorientasi  pada kecerdasan intelektual telah gagal membawa manusia dalam pefungsian dirinya sebagai khalifah fi al-ard. Sejak awal seorang, Socrates telah mengingatkan bahwa tujuan pendidikan ialah kebaikan sifat dan budi, yaitu kasih sayang dan kerelaan. Tujuan nyata dari pendidikan ialah menyalurkan warisan sosial dari suku bangsa sejenis. Berbicara masalah yang sama, lebih jauh Al-Ghazali menyatakan, bahwa penyesuaian diri tidak sekedar dijalankan terhadap norma masyarakat, tetapi terhadap norma Tuhan. Al-Ghazali selanjutnya mengutarakan bahwa tujuan pendidikan secara individual ialah membersihkan kalbu dari godaan hawa nafsu (syahwat) dan amarah (ghadhab), hingga ia jernih bagaikan cermin yang dapat menerima cahaya Tuhan. Mendidik itu sama dengan pekerjaan peladang membuat membuang duri dan mencabut rumput yang tumbuh diantara tanaman-tanaman agar subur tumbuhnya.
Di dalam hati yang bersih, iman tumbuh dan berkembang. Ia menebarkan cahaya  ke seluruh anggota badan lahir batin. Kalau indikator manusia berakhlak adalah manusia yang tertanam dalam hatinya yang iman dengan kokoh, maka tasawuf adalah upaya bagaimana kiat-kiat agar iman itu istiqamah dan tetap kokoh. Dalam sebuah hadits yang amat popular, Nabi berkata kepada para sahabat :
“Perbaharuilah iman kamu sekalian, perkuatlah iman kamu sekalian. Para sahabat menjawab : Bagaimana cara kami memperbaharui iman, dan memperkuat iman ya Rasulullah? Rasulullah menjawab yaitu dengan banyak berzikir kepada Allah “.    
            Tasawuf adalah upaya spiritual bagaimana agar manusia apat memiliki akhlak al-karimah. Caranya yaitu dengan tasfiat al-qalb. Metode tasfiat al-qalb yang disepakati oleh para sufi adalah dawam al-zikr (selalu ingat kepada Tuhan). Zikir adalah ruh amal salih. Jika sebuah amal salih  lepas dari zikir, maka laksana jasad tanpa ruh. Mengapa zikir menjadi pola tasfiat al-qalb yang disepakati oleh para sufi? Paling tidak ada tujuh alas an yang dimajukan mereka secara naqli, yaitu :
a.     Perintah zikir dalam Al Qur’an dating ada secara mutlak dalam arti tidak dibatasi dengan pernyataan-pernyataan yang lain dan ada yang perintahnya dikaitkan dengan batasan-batasan yang lain.
b.     Larangan berlaku sebaliknya, yaitu lupa dan lalai dari zikir
c.      Kebahagiaan yang akan diperoleh manusia dikaitkan dengan banyak istiqomah  dalam berzikir
d.     Pujian Allah dialamatkan kepada ahli zikir dan Allah menjanjikan bagi mereka ampunan dari surge
e.     Informasi Allah bahwa kerugian bagi orarng yang bersikap sebaliknya yakni tidak berzikir
f.       Allah menjadikan zikir hamba kepada-Nya sebagai syarat zikirnya Allah kepada mereka
g.     Pertanyaan Allah secara jelas bahwa zikir adalah perkara yang amat besar. Zikir adalah ketaatan yang paling utama dan yang dimaksud ketaatan adalah taat secara total, yakni melakukan zikir yang zikir itu adalah rahasia ketaatan dan ruh ketaatan. Ada yang mengartikan, zikir lebih besar, artinya jika zikir dilakukan secara sempurna maka hancurlah segala kesalahan dan kemaksiatan. Kebaikan akhlak bisa jadi karena anugerah, mujahadah dan riyadhah.

Kecuali langkah spiritual yang harus dilakukan, juga langkah lahiriah harus diupayakan. Menurut ilmu akhlak, kebiasaan yang baik harus disempurnakan dan kebiasaan yang buruk harus dihilangkan. Kebiasaan merupakan factor yang amat penting dalam membentuk karakter manusia berakhlak baik. Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga orang menjadi mudah mengerjakannya. Oleh karena itu hendaknya manusia memaksakan diri  (mujahadah) untuk mengulang-ulang perbuatan yang baik sehingga menjadi kebiasaan dan akhirnya terbentuklah akhlak yang baik pada dirinya. Sejak awal Nabi menganjurkan agar anak dibiasakan melakukan kewajiban-kewajiban. Nabi bersabda :
“Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat sewaktu mereka berumur tujuh tahun, dan ambillah tindakan tegas pada waktu mereka berumur sepuluh tahun, serta pisahkan mereka dari tempat tidurnya”.

Seseorang akan mudah mengerjakan suatu perbuatan yang telah menjadi kebiasaannya, meskipun pada awalnya perbuatan itu dirasakan berat. Islam menghendaki agar pemeluknya melatih diri melakukan kewajibannya secara istiqomah, khususnya shalat yang lima waktu, puasa pada bulan Ramadhan, zakat, haji dan lain-lain pada waktunya, sehingga semua itu menjadi kebiasaan yang mencetak orang bersangkutan berkarakter taat terhadap perintah Allah. Demikian pula kebiasaan berbuat baik terhadap sesama manusia (ibadah sosial) dan alam lingkungan dalam arti luas.
Dalam akhlak, keutamaan tidaklah cukup dengan hanya mengetahuinya,  apakah keutamaan itu, tetapi harus ditambahkan dengan melatihnya dan terus menerus mengerjakannya atau mencari jalan lain untuk menjadi orang-orang yang memiliki keutamaan dan kebaikan (ahl al-fadl wa al-khair). Secara singkat Al-Ghazali menyebutkan bahwa untuk mencapai akhlak yang baik, ada tiga cara, yaitu: Pertama, akhlak yang merupakan anugerah dan kasih sayang Allah, yakni orang memiliki akhlak baik secara alamiah (bi al-thabi’ah wa al-fitrah), sebagai sesuatu yang diberikan Allah kepadanya sejak ia dilahirkan. Kedua, dengan mujahadah (menahan diri). Ketiga, dengan riyadhah melatih diri secara spiritual, dan bentuk riyadhah yang disepakati para sufi, telah dijelaskan antara lain dengan dawam al-zikr.
Upaya mengubah kebiasaan yang buruk menurut Ahmad Amin sebagaimana yang dikutip Ishak Solih adalah dengan hal-hal sebagai berikut:
a.     Menyadari perbuatan buruk, bertekad untuk meninggalkannya
b.     Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan itu untuk mewujudkan niat atau tekad semula
c.      Menghindarkan diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk itu terulang
d.     Berusaha untuk tetap berada dalam keadaan yang baik
e.     Menghindarkan diri dari kebiasaan yang buruk dan meninggalkannya dengan sekaligus
f.       Menjaga dan memelihara baik-baik kekuatan penolak dalam jiwa, yaitu penolak terhadap perbuatan yang buruk. Perbuatan baik dipelihara dengan istiqomah, ikhlas dan jiwa tenang
g.     Memilih teman bergaul yang baik, sebab pengaruh kawan itu besar sekali terhadap pembentukkan watak pribadi
h.     Menyibukkan diri dengan pekerjaan yang bermanfaat

Sementara Al-Ghazali berpendapat, bahwa upaya mengubah akhlak yang buruk adalah dengan kesadaran seseorang akan akhlaknya yang jelek pada dirinya. Ada empat cara untuk dapat membantu setiap orang dalam masalah ini, yaitu :
a.     Dengan menjadi murid seorang pembimbing spiritual (syaikh).
b.     Dengan minta bantuan seorang teman yang tulus, taat dan punya pengertian. Teman ini diminta untuk mengamati keadaan dan kondisi orang tersebut dengan teliti dan mengatakan kepadanya tentang kekurangan-kekurangan yang nyata dan tersembunyi pada dirinya
c.      Dengan mengetahui kekurangan kita dari seseorang yang tidak menyenangi kita. Orang yang tidak senang kepada kita lebih banyak melihat kekurangan yang ada pada diri kita ketimbang kebaikannya
d.     Dengan bergaul bersama orang banyak dan memisalkan kekurangan yang dilihat pada orang lain bagaikan ada pada diri kita. Selanjutnya ia menyatakan bahwa keburukan jiwa dapat dipulihkan secara permanen jika substansinya dihancurkan. Ini hanya dapat dilaksanakan dengan menghilangkan penyebab keburukan itu. Oleh sebab itu ia sering mengatakan bahwa penyembuhan penyakit hati tergantung pada penghalang dan faktor penyebabnya. Carilah factor penyebabnya kemudian sembuhkan dengan obat rohani yang tepat dan cocok. Selanjutnya ia mengatakan :
“Ketahuilah bahwa keburukan jiwa adalah penyakitnya, dan pembersihan jiwa dari penyakit memakai suatu obat…..Bagi tiap penyakit jiwa ada obat yang sebanding dengan kecil besarnya penyakit itu. Pakailah obat untuk penyakit itu jika ia menimpa kamu dengan memberikan penawar penyakit atau memotong pangkalnya”.
            Akhlak al-karimah adalah buah yang harus didapatkan. Tasawuf adalah upaya spiritual bagaimana manusia dapat memperoleh buah itu. Riyadhah adalah salah satu cara yang di mata para sufi paling efektif untuk mendapatkan buah itu (akhlak al-karimah). Zikir disepakati oleh para sufi merupakan riyadhah yang paling besar pengaruhnya terhadap pensucian hati. Tetapi karena tasawuf itu adalah upaya peningkatan kualitas maka pelaksanaannya tentu saja terintegrasi dengan akidah dan syari’ah atau dengan istilah lain fiqih. Mengamalkan tasawuf tanpa fiqih adalah kezindikan, sebaliknya berfiqih tanpa tasawuf adalah kemampuan spiritual yang didapatkan. Memadukan antara fiqih dan tasawuf adalah pencapaian hakikat kebenaran.
            Tasawuf perlu di bedah secara naqli dan ‘aqli , agar mahasiswa tahu bahwa bagaimana ber-Islam secara kaffah, secara ilmu dan amal. Islam kaffah adalah secara ilmu Islam dipahami lahir batinnya, dan secara amal diaktualisasikan lahir dan batinnya. Kata Ibnu ‘Arabi ilmu adalah imam bagi amal. Maka pengetahuan yang benar dan agak mendalam tentang tasawuf akan melahirkan mahasiswa yang memahami Islam dan berusaha secara sungguh-sungguh mengamalkannya dalam kehidupan ritual dan sosialnya. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana pengimplementasian akhlak dan tasawuf dalam pembelajarannya. Secara singkat dapat dikemukakan :
a.     Dengan penjelasan yang komprehensif tentang kedudukan tasawuf dalam Islam. Sejak lama Islam yang kita ajarkan kepada anak didik adalah Islam fiqih. Islam fiqih cenderung menggiring mahasiswa bersikap formalistik dalam pengalaman agama. Islam fiqih kering dari makna dan ruh ajaran. Padahal Nabi secara jelas menyatakan Al Qur’an harus dipahami lahir dan batinnya. Lahir ayat melahirkan fiqih, batin ayat melahirkan ajaran tasawuf. Tasawuf adalah bagian integral dari ajaran Islam, memisahkan tasawuf dari ajaran Islam sama artinya dengan menghilangkan substansi ajaran Islam itu sendiri. Ayat-ayat Al Qur’an sebagaimana telah dijelaskan bukan hanya mengangkat ayat tentang tasawuf, malah ayat yang berbicara hukum sekalipun selalu dikaitkan dengan substansi ajaran tasawuf.
b.     Dengan memberikan contoh dan teladan. Memberikan contoh dalam pengalaman fiqih dan tasawuf sekaligus memberikan teladan bagaimana sikap berakhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
c.      Dosen PAI harus menjadi teladan dan dapat dibanggakan oleh mahasiswanya dalam segala aspek kehidupannya. Jangan mahasiswa kehilangan panutan di kampus atau atau menjadikan nilai-nilai yang tidak berasaskan Al Qur’an dan Al-Sunnah sebagai pedoman dalam hidupnya. Yang lain-lainnya dapat dilakukan oleh Dosen PAI, semisal pembiasaan, tentunya pembiasaan perilaku-perilaku yang baik, menegakkan disiplin, memberi motivasi atau dorongan, memberikan hadiah terutama yang bersifat psikologis, menghukum (kalau perlu), dalam rangka pendisiplinan dan yang harus diupayakan oleh institusi dan lingkungan adalah penciptaan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif berakhlak al-karimah.
Secara substansial, akhlak, etika dan moral adalah sama, yaitu ajaran tentang baik dan buruk berkaitan dengan sikap hidup manusia. Yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah sumber kebenarannya. Akhlak bersumberkan Al Qur’an dan Al-Sunnah, sementara etika bersumberkan akal karena Ia bagian dari filsafat, sedangkan moral bersumberkan adat istiadat (tradisi) yang berlaku di masyarakat. Etika lebih bersifat teoritis, moral bersikap praktis, etika bersifat umum, sedangkan moral lebih bersikap lokal dan khusus. Akhlak bersifat universal dan komprehensif, mencakup aspek lahir dan batin.
Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada Tuhan), tapi dari sisi lain akhlak pun merupakan usaha manusia secara lahiriah, yaitu melalui ilmu dan amal, mujahadah dan riyadhah. Implementasi akhlak dan tasawuf, bahwa secara keilmuan tasawuf harus dibedah sehingga jelas substansi kajiannya dan sekaligus posisinya dalam ajaran Islam. Cara lain, keteladanan merupakan usaha yang sulit tetapi amat menentukan, memberi motivasi dan memberi hadiah atau sebaliknya menghukum secara psikologis dan yang tidak kalah pentingnya adalah upaya penciptaan suasana kondusif oleh semua pihak untuk tumbuhnya sikap akhlak yang positif di kampus masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar