Rabu, 05 Oktober 2011

HAKIKAT MANUSIA


Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal-usul kehidupan di alam semesta.  Asal-usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bias dipisahkan dari teori tentang spesis baru yang berasal dari sepsis lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi. Teori evolusi yang diperkenalkan  Darwin pada abad XIX telah menimbulkan perdebatan , terutama di kalangan gereja  dan ilmuwan yang berpaham teori kreasi khusus. Setelah teori itu diekstrapolasikan oleh para penganutnya sedemikian rupa, sehingga seolah-olah manusia berasal dari kera.  Pada hal Darwin tidak pernah mengemukakan hal tersebut, walaupun taksonomi manusia dan kera besar  berada pada super famili yang sama, yaitu hominoidae.
Darwin mengetengahkan banyak fakta yang tampaknya lebih berarti dari pada pendahulunya. Darwin mengemukakan teori mengenai asal-usul sepsis melalui sarana seleksi alam atau bertahannya ras-ras yang beruntung dalam memperjuangkan dan mempertahankan kehidupannya. Teori Darwin memuat dua aspek. Aspek pertama bersifat ilmiah, namun ketika diungkapkan dan dilaksanakan, ternyata aspek ilmiahnya sangat rapuh. Aspek kedua bersifat filosofis yang diberi penekanan oleh Darwin sangat kuat dan diungkapkan secara jelas. Teori evolusi tidaklah segalanya, bahkan Darwin sendiri menyadari  seperti diungkapkannya:
“Tapi aku mempercayai seleksi alam, bukan karena aku dapat membuktikan, dalam setiap kasus,  bahwa seleksi  alam telah mengubah satu sepsis menjadi sepsis lainnya, tapi karena sepsis alam mengelompokkan  dan menjelaskan dengan baik ( menurut pendapatku )  banyak fakta mengenai klasifikasi, embriologi, morfologi, organ-organ elementer, pergantian dan distribusi geologis”.
Evolusi manusia menurut ahli paleontologi dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu:
a.     Tingkat pra manusia yang  fosilnya ditemukan di Johanesburg, Afrika Selatan pada tahun 1924 yang dinamakan fosil Australopithecus.
b.     Tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut Pithecanthropus Erectus.
c.      Tingkat manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus  yang sama, yaitu homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini ditemukan  di Neander, karena itu disebut homo Neanderthalensis  dan kerabatnya ditemukan di Solo ( Homo Soloensis ).
d.     Tingkat manusia modern atau homo sapiens yang telah pandai berfikir, menggunakan otak dan nalarnya.
Mencari makna manusia dilakukan melalui ilmu pengetahuan . Para ahli mendefinisikannya sesuai dengan bidang kajian ( obyek material )ilmu yang ditekuninya. Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan  sangat tergantung pada metodologi yang dipergunakan dan terhadap filosofi  yang mendasari. Para penganut teori  Psikoanalisis menyebut manusia sebagai  Homo Volens ( manusia berkeinginan ). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis ( Id ), psikologis (ego), dan social ( super ego ). Di dalam diri manusia terdapat unsure animal ( hewan ) , rasional ( akal ), dan moral ( nilai ).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai  homo  mekanicus (manusia mesin). Behavior  lahir sebagai reaksi terhadap Introspeksionisme ( aliran yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan subyektif ) dan  psikoanalisis ( aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak ). Behavior  menganalisis perilaku yang tampak saja. Menurut aliran ini, segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya.
Para penganut teori  kognitif  menyebut manusia sebagai homo sapiens ( manusia berfikir ). Menurut aliran ini, manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi  secara pasif pada lingkungan , tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif  mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berfikir, memutuskan, menyatakan, memahami dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Para penganut teori Humanisme  menyebut manusia sebagai  homo ludens ( manusia bermain ). Aliran ini mengecam aliran psikoanalisis dan behaviorisme, karena keduanya tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan  aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, krealitivitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi . Menurut humanisme , manusia berperilaku untuk mempertahankan , meningkatkan, dan mengaktualisasikan dirinya. Perdebatan mengenai siapa manusia dikalangan para ilmuwan terus berlangsung dan tidak menemukan kesepakatan yang tuntas.  Manusia tetap menjadi misteri yang besar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sampai sekarang .
Konsep manusia di dalam Al Qur’an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling menunjuk pada makna manusia, yaitu kata basyar, insan,an-nas, bani adam, dan abdun. Allah memakai konsep basyar dalam Al Qur’an sebanyak 37 kali , salah satunya QS. 18 ( al-Kahfi ): 110,
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqム¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_ötƒ uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ Ÿwur õ8ÎŽô³ç ÍoyŠ$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr&  
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Konsep basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah liat atau lempung kering ( QS. 15: al-Hijr: 33;
tA$s% öNs9 `ä.r& yàfóX{ @t±u;Ï9 ¼çmtFø)n=yz `ÏB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*uHxq 5bqãZó¡¨B  
Artinya : Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk"
Dan QS. 30 (Ar-Ruum) : 20 )
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷br& Nä3s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? ¢OèO !#sŒÎ) OçFRr& ֍t±o0 šcrçŽÅ³tFZs?  
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Manusia makan dan minum ( QS. 23: al-Mukminun: 33 )
tA$s%ur _|yJø9$# `ÏB ÏmÏBöqs% tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#qç/¤x.ur Ïä!$s)Î=Î/ ÍotÅzFy$# öNßg»oYøùtø?r&ur Îû Ío4quŠptø:$# $u÷R9$# $tB !#x»yd žwÎ) ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB ã@ä.ù'tƒ $£JÏB tbqè=ä.ù's? çm÷ZÏB ÛUtô±our $£JÏB tbqç/uŽô³n@  
Artinya : Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, Dia Makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.
Basyar  adalah makhluk  yang sekedar ada ( being ), yang statis seperti hewan.
Kata Insan  disebutkan dalam Al Qur’an sebanyak 65 kali, diantaranya adalah dalam QS. 96: al-‘Alaq: 5, yaitu:
zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ  
Artinya : Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.


Konsep insan selalu dihubungkan dengan sifat psikologis atau  spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir, berilmu, dan memikul amanah ( QS. 33: al –Ahzab : 72 )
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur šú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_  
Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,

[1] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.

. Insan  adalah makhluk yang menjadi  ( becoming ), dan terus bergerak maju kea rah kesempurnaan.
Kata  al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti dalam QS. 39: al- Zumar: 27 :
ôs)s9ur $oYö/uŽŸÑ Ĩ$¨Y=Ï9 Îû #x»yd Èb#uäöà)ø9$# `ÏB Èe@ä. 9@sWtB öNßg¯=yè©9 tbr㍩.xtGtƒ  
Artinya : Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini Setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.


 Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai  makhluk sosial atau secara kolektif.
Kata  Bani Adam, menunjuk pada aspek historis, bahwa semua umat manusia berasal dari Nabi Adam, seperti disebutkan dalam QS. 7 (al-A’raf): 31 :
* ûÓÍ_t6»tƒ tPyŠ#uä (#räè{ ö/ä3tGt^ƒÎ yZÏã Èe@ä. 7Éfó¡tB (#qè=à2ur (#qç/uŽõ°$#ur Ÿwur (#þqèùÎŽô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä tûüÏùÎŽô£ßJø9$#  
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[2], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[3]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

[2] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[3] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
Adapun kata ‘abdun , menunjuk aspek posisi manusia sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya, seperti disebut dalam QS. 34 ( Saba’ ) : 9:
óOn=sùr& (#÷rttƒ 4n<Î) $tB tû÷üt/ öNÍgƒÏ÷ƒr& $tBur Nßgxÿù=yz šÆÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 bÎ) ù't±®S ô#Å¡øƒwU ãNÎgÎ/ uÚöF{$# ÷rr& ñÝÉ)ó¡èS öNÍköŽn=tã $Zÿ|¡Ï. šÆÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# 4 ¨bÎ) Îû šÏ9ºsŒ ZptƒUy Èe@ä3Ïj9 7ö7tã 5=ŠÏZB   
Artinya : Maka Apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi Setiap hamba yang kembali (kepada-Nya).
Dengan demikian, Al Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, social, keturunan Adam, dan pengabdi. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua aspek, yaitu potensi fisik, dan potensi ruhaniah. Potensi fisik manusia telah dijelaskan pada bagian yang lalu, sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, qalb, dan emosi atau perasaan. Dalam Al Qur’an akal diartikan dengan  kebijaksanaan ( wisdom ), inteligensia ( intelligent ), dan pengertian ( understanding ). Dengan demikian, di dalam Al Qur’an  akal diletakkan bukan hanya pada ranah rasio semata, tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu, akal diartikan dengan hikmah atau kebijaksanaan.
Al-Qalb  berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, atau berbalik. Musa Asy’ari (1992) menyebutkan arti  qalb dengan dua pengertian, yaitu pengertian kasar atau fisik, yang berupa segumpal daging yang berbentuk bulat panjang, terletak disebelah kiri, yang sering disebut jantung, dan pengertian yang halus yang bersifat Ketuhanan serta ruhaniah, yaitu hakikat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan arif. Dengan demikian, akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu. Keduanya merupakan kesatuan daya ruhani untuk dapat memahami kebenaran, sehingga manusia dapat memasuki kesadaran tertinggi yang menyatu dengan kebenaran Illahi.
Adapun nafsu ( bahasa Arab al-Hawa, dalam bahasa Indonesia sering disebut hawa nafsu ), adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan ini sering disebut dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut  sebagai dorongan kehendak bebas. Dengan nafsu, manusia dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan  ke keadaan yang lain. Kecenderungan nafsu yang bebas, jika tidak terkendali  dapat menyebabkan manusia memasuki kondisi yang membahayakan dirinya. Untuk mengendalikan nafsu, manusia menggunakan akalnya, sehingga dorongan-dorongan tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang menggerakkan manusia ke arah tujuan  yang jelas dan baik. Agar manusia dapat bergerak  kea rah yang jelas dan baik, maka agama berperan untuk menunjukkan jalan yang harus ditempuhnya. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada pada jalur yang ditunjukkan agama disebut an-nafs al-muthmainnah, yang bdiungkapkan dalam QS. ( al-Fajr ) : 27 – 30. 
$pkçJ­ƒr'¯»tƒ ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZÍ´yJôÜßJø9$# .   ûÓÉëÅ_ö$# 4n<Î) Å7În/u ZpuŠÅÊ#u Zp¨ŠÅÊó£D .   Í?ä{÷Š$$sù Îû Ï»t6Ïã .   Í?ä{÷Š$#ur ÓÉL¨Zy_ .  
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku.
Dengan demikian, manusia ideal adalah manusia yang mampu menjaga fitrah ( Hanif ) nya, dan mampu mengelola serta memadukan potensi akal, qalb, dan nafsunya secara harmonis.
Ibnu Sina yang dikenal dengan filsafat  jiwanya menjelaskan , bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk ekonomi. Manusia makhluk sosial , untuk penyempurnaan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak bisa hidup dengan baik tanpa bersama  orang lain. Dengan kata lain, manusia baru bisa mencapai  kebahagiaan hidupnya dan memenuhi kebutuhannya apabila hidup bersama orang lain. Sedangkan manusia makhluk ekonomi, karena manusia selalu memikirkan masa depannya dan menyiapkan segala sesuatu yang bersifat kebendaan  untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Hal ini dibuktikan dengan mengambil  kisah Nabi Adam AS yang diturunkan dari surga ke bumi, karena ia memerlukan barang konsumsi dengan memakan buah khuldi.  
Menurut pandangan Murtadha Muttahari, manusia adalah makhluk serba dimensi. Dimensi pertama, secara fisik manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat, berkembang biak, supaya dapat tumbuh dan berkembang. Dimensi kedua, manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian. Dimensi ketiga, manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan. Dimensi keempat, manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan . Dimensi kelima, manusia memiliki kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda, karena ia dikaruniai akal fikiran dan kehendak bebas, sehingga ia mampu menahan hawa nafsu dan dapat menciptakan keseimbangan dalam hidupnya. Dimensi keenam, manusia mampu mengenali dirinya sendiri. Jika ia sudah mengenal dirinya, maka ia akan mencari dan ingin  mengetahui siapa penciptanya, mengapa ia diciptakan, dari apa ia diciptakan , bagaimana proses penciptaannya, dan untuk apa ia diciptakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar