KONSEP ETIKA, MORAL DAN AKHLAQ
Akhlak merupakan
perilaku yang dibangun berbasis hati nurani. Meski ada yang
mengklasifikasikannya menjadi akhlak mulia dan akhlak tercela, tapi pada
lazimnya akhlak adalah suatu sebutan bagi perilaku terpuji yang berakar dari
iman. Malah dasar pijakan akhlak adalah Al Qur’an dan Al-Sunnah, sehingga
perilaku yang tidak berdasar keduanya tidak ada jaminan sebagai akhlak mulia.
Sumber pijakan inilah yang merupakan perbedaan prinsip dari akhlak dengan
etika, budi pekerti, moral dan sebagainya.
Etika, moral, budi
pekerti, meskipun dasarnya adalah kebiasaan, adat-istiadat masyarakat, tapi di
kalangan umat beragama, perilaku yang terbiasa, dapat disesuaikan dan dijiwai
oleh akhlak yang diajarkan oleh agama. Karena itu banyak kita temui etika,
moral, dan budi pekerti saling mengisi dengan ajaran akhlak yang dibimbing oleh
agama. Mengapa demikian? Karena unsur-unsur akhlak ini adalah hal-hal yang
makruf, yang sudah dimaklumi oleh orang banyak sebagai hal yang baik, dan
bersumber pada sifat dan sikap jiwa yang mulia dan terpuji, seperti : jujur,
adil, bijaksana, berkata benar, ramah, senyum, pemaaf, disiplin, dan
sebagainya.
Berbicara masalah
akhlak berarti berbicara tentang konsep Al-husn
(baik) dan Al-qubh (buruk).
Menurut Mu’tazilah al-husn adalah
sesuatu yang menurut akal bernilai baik dan al-qubh
adalah sesuatu yang menurut akal bernilai buruk. Bagi Mu’tazilah baik dan
buruk itu ukurannya adalah akal manusia. Berbeda dengan Mu’tazilah, Ahlu
al-Sunnah berpendapat, bahwa yang dapat menentukan baik dan buruk bukan akal
tetapi wahyu. Oleh karenanya Ahlu al-Sunnah berpendapat, bahwa al-husn adalah sesuatu yang menurut Al
Qur’an dan al-Sunnah adalah baik dan al-qubh
adalah sesuatu yang menurut Al Qur’an dan al-Sunnah adalah buruk.
Secara substansial,
etika, moral dan akhlak memang sama, yakni ajaran tentang kebaikan dan keburukan,
menyangkut perikehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia
dan alam dalam arti luas. Yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah
ukuran kebaikan dan keburukan itu sendiri. Etika adalah ajaran yang berbicara
tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal
karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Sedangkan akhlak yang secara
kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap hidup adalah
ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah wahyu Tuhan.
Secara terminologis
akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan yang buruk,
terpuji atau tercela, menyangkut perkataan dan perbuatan manusia lahir batin.
Secara rinci kajian akhlak meliputi :
a.
Pengertian baik
dan buruk
b.
Menerangkan apa
yang harus dilakukan oleh seorang manusia terhadap manusia lainnya
c.
Menjelaskan
tujuan yang seharusnya dicapai oleh manusia dengan perbuatan-perbuatannya
d.
Menerangkan jalan
yang harus dilalui untuk berbuat.
Menurut Ibnu Miskawaih,
akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa memalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Sejalan
dengan apa yang diungkapkan Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.
Dua define di atas
menyatakan, bahwa akhlak secara substansial adalah sifat hati (kondisi hati)-
bias baik- bias buruk- yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya baik,
maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al
akhlaq al-karimah) dan jika sifat hatinya buruk, maka yang keluar dari
perilakunya adalah akhlak yang buruk (al-akhlaq
al-mazmumah). Kemudian muncul pertanyaan, apa yang menyebabkan hati manusia
kotor dan jelek dan apa pula yang menyebabkan bias jelek dan rusak juga bias
baik dan suci adalah factor dirinya.
Di dalam diri manusia
ada tiga nafsu :
1.
Nafsu Syahwaniyyah, (nafsu ini ada pada
manusia dan ada pada binatang), Yaitu nafsu yang cenderung pada kelezatan
misalnya makanan, minuman dan syahwat jasmaniyah, bersenang-senang dengan lawan
jenis. Kalau nafsu ini tidak dikendalikan, maka manusia tak ada bedanya dengann
hewan, sikap hidupnya menjadi hedonism.
2.
Nafsu Al-ghadhabiyah, nafsu ini juga ada pada
manusia dan ada pada hewan, yaitu nahsu yang cenderung kepada marah, merusak,
ambisi, senang menguasai dan mengalahkan yang lain. Nafsu ini lebih kuat
ketimbang nafsu syahwaniyyah dan
lebih berbahaya bagi pemiliknya jika tak terkendalikan. Ia cenderung pemarah,
sangat hiqdu (dengki), tergesa-gesa
tidak tenang, cepat bertindak untuk menaklukkan musuhnya tanpa pertimbangan
matang dan rasional.
3. Al-Nafsu
al-nathiqah, yaitu nafsu yang
membedakan manusia dengan hewan. Nafsu yang dengannya manusia mampu berzikir
mengambil hikmah, memahami fenomena alam dan dengannya manusia menjadi agung,
besar cita-citanya, kagum terhadap dirinya sehingga bersyukur kepada Tuhannya.
Nafsu ini menjadikan manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, serta dengannya pula manusia dapat mengendalikan kedua nafsu Al-syahwaniyyah dan Al-Ghadhabiyah. Al-Nathiqah ini
akan berkembang positif bahkan dapat mengendalikan kedua nafsu yang lainnya,
yaitu dengan mempelajari ilmu akhlak, hikmah dan menahan diri dari keburukan
dan fahisyah, mengatur kehidupan dan
penghidupannya secara baik, menjaga harga diri dan muru’ah.
Suci dan tidaknya
hati manusia tergantung mana yang paling dominan dalam hatinya, jika nafsu yang
pertama dan yang kedua (syahwaniyyah dan
ghadhabiyah) yang mendominasi dirinya, maka yang muncul adalah akhlak yang
buruk (al- akhlaq al-mazmumah),
tetapi jika nafsu yang ketiga yang muncul, yaitu al-nafs al-nathiqah yang mendominasi hatinya, maka akhlak al-karimah lah yang akan muncul dari
dirinya. Adapun moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah
tradisi yang berlaku di suatu masyarakat. Seseorang dianggap bermoral kalau
sikap hidupnya sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tempat ia
berada, dan sebaliknya seseorang dianggap tidak bermoral jika sikap hidupnya
tidak sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tersebut. Dan memang
menurut ajaran Islam pada asalnya manusia adalah makhluk yang bermoral dan
etis. Dalam arti mempunyai potensi untuk menjadi makhluk yang bermoral yang
hidupnya penuh dengan nilai-nilai atau norma-norma.
Betapa penting
kedudukan akhlak dan Islam. Al Qur’an bukan memuat ayat-ayat yang secara
spesifik berbicara masalah akhlak, malah setiap ayat yang berbicara hokum
sekalipun, dapat dipastikan bahwa ujung ayat tersebut selaku dikaitkan dengan
akhlak atau ajaran moral. Ayat-ayat yang pangkalnya menjelaskan ketentuan
hokum, biasanya ujung ayat mengutarakan masalah akhlak. Sebagai contoh terdapat
dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 183.
Bertaqwa artinya
menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Hadits-hadits Nabi juga mengaitkan puasa dengan perbuatan-perbuatan baik (al-akhlaq al-Mahmudah) dan perbuatan
buruk (al-akhlaq al-Mazmumah). Dalam
salah satu hadits dinyatakan :
“Orang
yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta tidak ada
faedahnya ia menahan diri dari makan dan minum. “ (HR. Tirmizi).
Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan yang
jelek, maka tidak ada gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri
dari makan dan minum, karena puasanya tak berguna. Hadits lain mennyatakan : “ Puasa bukanlah menahan diri dari makan dan
minum, tetapi puasa adalah menahan diri dari kata-kata sia-sia dan kata-kata
tak sopan; Jika kamu dicaci atau tidak dihargai katakanlah: “Aku berpuasa”.
Dengan
demikian, berpuasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi menahan
diri dari ucapan-ucapan dan
perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan kotor. Contoh lain mengenai haji
sebagaimana disebutkan dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 197.
Ayat
diatas begitu jelas menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji, orang tidak
boleh mengeluarkan ucapan-ucapan yang tidak senonoh, tidak boleh berbuat
hal-hal yang tidak baik dan tidak boleh bertengkar. Demikian juga ayat tentang
shalat, zakat dan ayat-ayat muamalah lainnya, selalu dikaitkan dengan
pesan-pesan perbaikan akhlak dan moral.
nama :rizky tri handoko
BalasHapusnpm :11350265
nama:imam prana putra
BalasHapusnpm : 10320084
pak isinya dikit banget